Kuliah
merupakan proses belajar lanjutan yang bersifat formal. Di dalam proses kuliah,
mahasiswa dituntut untuk berpikir lebih mendalam, terutama terhadap bidag yang
dipilihnya. Kenapa demikian? Karena setelah lulus dari kuliah, mahasiswa
diharapkan mampu membidangi bidangnya dengan baik, menerapkannya dalam
kehidupan masyarakat, serta mengabdikan dirinya untuk perbaikan bangsa dan
negara. Akan tetapi,
ketika seseorang terjun dalam kehidupan masyarakat, yang diperlukan bukan hanya hard skill yang berupa ilmu pengetahuan, soft skill yang berupa berbagai macam sikap dan pengalaman untuk terjun dalam kehidupan masyarakat juga sangat diperlukan. Oleh karena itu, sebelum terjun dalam kehidupan masyarakat secara nyata, dalam proses kuliah, mahasiswa harus mengembangkan kedua aspek tersebut. Hard skill tentu saja dapat diperoleh dari bangku perkuliahan, sedangkan soft skill dapat diperoleh dari organisasi-organisasi maupun kegiatan-kegiatan yang terdapat di lingkungan kampus, maupun di luarnya.
ketika seseorang terjun dalam kehidupan masyarakat, yang diperlukan bukan hanya hard skill yang berupa ilmu pengetahuan, soft skill yang berupa berbagai macam sikap dan pengalaman untuk terjun dalam kehidupan masyarakat juga sangat diperlukan. Oleh karena itu, sebelum terjun dalam kehidupan masyarakat secara nyata, dalam proses kuliah, mahasiswa harus mengembangkan kedua aspek tersebut. Hard skill tentu saja dapat diperoleh dari bangku perkuliahan, sedangkan soft skill dapat diperoleh dari organisasi-organisasi maupun kegiatan-kegiatan yang terdapat di lingkungan kampus, maupun di luarnya.
Akan
tetapi, realitanya, masih ditemukan mahasiswa-mahasiswa yang enggan melebur
dirinya dalam organisasi-organisasi maupun kegiatan-kegiatan di kampus. Baik
organisasi kemahasiswaan maupun kegiatan-kegiatan pegembangan minat dan bakat.
Sebagian besar dari mereka menilai bahwa kegiatan-kegiatan tersebut dapat
mengganggu kelancaran proses perkuliahan. Padahal, kegiatan-kegiatan tersebut pada
dasarnya memiliki berbagai manfaat, diantaranya adalah dapt memperoleh berbagai
wawasan dan pengalaman karena sering mengikuti atau mengkoordinasi berbagai
kegiatan yang ada. Selain itu, mahasiswa juga mendapatkan banyak kawan yang
datang dari berbagai latar belakang, baik dari segi keilmuan maupun pengalaman.
kawan-kawan tersebut, dapat dijadikan sebagai kawan diskusi berbagai hal,
berbagi pengalaman, serta menyelesaikan berbagai permasalahan, baik yang
bersifat pribadi maupun yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara, sehingga hal ini akan lebih membantu seorang mahasiswa untuk berpikir kritis
dan lebih matang, hasil dari analisisnya dalam berbagai hal tersebut. Di
samping itu, ketika mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, mahasiswa dapat
belajar dan mengenal cara kerja, melatih jiwa politik, ekonomi maupun sosial,
pengalaman memimpin dan dipimpin, serta
dapat mengembangkan minat dan bakatnya. hal ini dapat membantunya mencari jati
dirinya, membangun mental dan rasa percaya diri mahasiawa untuk lebih kuat
lagi. Semua hal tersebut, merupakan soft skill yang dapat menjadi bekal
mahasiswa untuk terjun dalam kehidupan masyarakat.
Dari
beberapa manfaat di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi-organisasi dan
kegiatan-kegiatan tersebut memiliki peran penting dalam pembentukan soft skill
mahasiswa. Akan tetapi, pengembangan soft skill ini tentu saja harus diimbangi
dengan pengembangan hard skill. Mahasiswa yang memiliki hard skill tanpa soft
skill akan mengalami kesulitan dalam menerapkan ilmunya dalam kehidupan
masyarakat, begitu juga dengan mahasiswa yang tangguh dalam soft skill-nya tetapi
lemah dalam hard skill-nya. Oleh karena itu, penyeimbangan antara pengembangan
hard skill dan soft skill sangatlah diperlukan. Mahasiswa dapat mengaplikasikan
soft skill sebagai penunjang dalam proses perkuliahan, misalnya dengan aktif
diskusi kelas dan berpikir kritis atas berbagai materi yang diterimanya. Selain
itu, mahasiswa juga dapat mendiskusikan tugas perkuliahannya dengan kawan satu
organisasinya, sehingga tugas yang dihasilkan akan lebih matang karena
dikerjakan melalui pemikiran yang beragam dan proses panjang. Di samping itu,
mahasiswa yang menyeimbangkan antara menjadi aktivis dan akademis, dapat
belajar me-manage waktunya untuk menjadi aktivis dan akademis. Jika beberapa
hal tersebut dapat dilakukan, maka seorang mahasiswa dapat menjadi seorang aktivis
yang akademis. Melalui kolaborasi antara aktivis dan akademis ini, mahasiswa
akan menjadi seseorang yang matang dan mandiri, serta siap menerapkan ilmu dan
mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa dan negara. (Akhwat Smile 10.12.12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar